Sabtu, 07 Juli 2012

BUMI the better place.



Akhir tahun 2012 yang lalu santer diberitakan tetang kiamat 2012. Sebuah ramalan Suku Maya kuno tentang berakhirnya hitungan hari pada akhir tahun 2012. Teori ini banyak yang menyangkal, akan tetapi ada juga yang mempercayainya meskipun bukti-bukti yang ada kurang mendukung teori ini. Aneh memang ketika rahasia Tuhan diperdebatkan kapan terjadinya. Mungkin memang karena tanda-tanda kiamat sudah banyak bermunculan, sehingga banyak orang khawatir bila bumi ini tiba-tiba merasa tidak lagi mampu menampung isinya yang suka berbuat kerusakan padanya. Banyak bencana terjadi dimanapun dan jutaan manusia telah menjadi korban kiamat kecil ini. Hal ini menandakan planet kita mulai gerah ditinggali manusia. Kini sudah lebih dari pertengahan tahun 2012. Kabar yang dulu menjadi berita heboh (bahkan ada filmya) kini hampir dilupakan.
Kapan terjadinya kiamat memang belum ada yang bisa mengetahui. Tapi melihat kerusakan yang sudah terjadi, bisa jadi tak akan lama lagi. Andaikan ada orang yang mengetahuinya maka bayangkan saja akibatnya. Orang-orang akan berbuat sesukanya baru ketika hampir kiamat orang akan berbondong-bondong bertaubat.
Menurut saya planet kita hanya selalu mencari keseimbangan, namun orang-orang lebih menyebutnya bencana. Kok bisa? Coba saja kita perhatikan bencana yang biasanya terjadi. Tanah longsor terjadi karena tumbuhan yang biasanya akarnya mencengkeram tanah sudah tidak ada, sehingga tanahpun bergerak dan terjadilah tanh longsor banir juga demikian. Gempa bumi terjadi karena pergerakan lempengan yang ada di bawah kita. Dari jaman dinosaurus pergerakan lempeng bumi sudah terjadi. Tapi untungnya dinosaurus tidak punya gedung bertingkat, jadinya tak ada bangunan yang rubuh (gak lucu ya). Baru di jaman manusia modern banyak bangunan yang tidak kokoh dibangun sehingga ketika lempeng bumi bergerak atasnya ikut goyang dan rubuh besamaan. Tsunamipun bisa ikut terjadi karena dampak pergerakan lempengan yang di lautan. Kalu sudah begitu apakah planet Bumi ini yang disalahkan? Bukankah planet kita hanya melakukan kebiasaannya.
Semakin manusia pintar bukannya makin sadar tapi justru sifat tamaknya bertambah. Sudahlah mending kita berdamai dengan alam. Gak usah ada pengrusakan atas dasar pengambilan manfaat untuk kepentingan kehidupan manusia. Bila kita merawat bumi maka bumipun akan menjadi tempat yang nyaman bagi tempat tinggal kita. Kita perbaiki bumi ini sebagai tanggung awab atas perbuatan kita dan orang-orang sejak dahulu. Sudah taulah caranya, kan dah belajar IPA dan Geografi di sekolah. Sehingga kita bisa hidup agak nyamanlah di atas bumi kita yang sudah tua ini. Meskipun yang namanya bencana itu susah dihindari.

Go Green!!!

Jumat, 06 Juli 2012

MY HOME IS JOGJAKARTA

“MY HOME IS JOGJAKARTA”


Jam 3 pagi aku terbangun karena dinginya udara. Kukira pintu kamarku terbuka, ternyata masih tertutup rapat. Terpaksa aku bangkitkan tubuhku dari ranjang untuk mencari selimut yang memang jarang aku pakai. Kucari di lemari kamarku, tapi tak kutemukan selembarpun kain selimut disana. Hah, baru kuingat kemarin sore selimut-selimut diambil ibuku untuk dicuci. Terpaksa kain sarung yang biasa untuk shalat kuambil sebagai pereda rasa dingin yang menusuk tulang.
Cerita tadi adalah salah satu pengalamanku merasakan rasa dingin udara pagi hari di Kotaku Jogjakarta. Suhu tadi akan berubah drastis ketika siang hari. Suhu akan meningkat seiring naiknya sang matahari di atas langit. Kata teman-temanku dari daerah lain yang sekolah di Jogja, kotaku masih tidak terlalu panas dibanding kota-kota mereka (masih di Pulau Jawa), akupun tak membayangkan bagaimana bila aku tinggal di kota mereka. Rumahku memang tidak ada AC sehingga jelas terasa panasnya apalagi bila musim kemarau. Maka dari itu aku lebih senang bila sedang musim hujan. Hujan akan memberi suasana dingin dan menyebabkan biasanya rencana pergi anggota keluargaku batal dan kami lebih memilih menonton TV bersama di rumah.
Terkadang aku ingin pindah ke rumah keluargaku yang di daerah-daerah pegunungan karena kata mereka uadara disana masih sejuk dan jauh dari keramaian kota. Tapi agak mikir-mikir juga karena akses ke tempat-tempat lain masih susah, sinyal HP aja langka. Oleh karena itu hingga usiaku yang ke 18 aku masih memilih tiggal bersama ayah, ibu dan kakakku di kota Jogja ini. Meskipun sebenarnya orang tuaku tidak ada yang asli Jogja. Tapi aku lahir dan besar disini lho.

 Kota Jogja masih terasa aman dan nyaman. Penduduknya (yang asli Jogja lho) sangat ramah dan rasa persaudaraan terjalin kuat antar tetangga. Tutur kata orang Jogja itu lembut, cenderung suka mengalah dan tidak ngotot. Tapi kalau generasi mudanya memang sudah terpengaruh budaya luar jogja. Jadi menurut orang tuaku Jogja tidak sama dengan dulu lagi (ya iyalah). Jogja memang milik semua orang, dari manapun, generasi kapanpun. Jadi masyarakatnya sudah campur bawur. Kuharap sih budaya Jogjanya jangan luntur, kehangatan masyarakat aslinya jangan dilupakan atau dilupakan baik oleh yang asli Jogja maupun para pendatang. Sebutan kota pelajar jangan dirusak justru oleh para pelajarnya sendiri. Memang banyak ulah negatif pelajar yang sifatnya mengganggu dan merusak bermunculan. Tapi tetap jaga ketenangan Jogjalah! Inget masih ada akhirat setelah dunia!
SALAM “AMAN” JOGJA..........!!!
JOGJA TETAP “ISTIMEWA”.....!!!


Kamis, 05 Juli 2012

TekNOlogy

          Manusia bolehlah bangga akan segala hal yang ia temukan. Banyak hal yang dulu dianggap ide gila kini menjadi hal yang nyata, bahkan biasa. Mimpi terbang ke angkasa kini telah menjadi rutinitas transportasi di seluruh belahan Dunia. Gelapnya malam kini telah diterangi lampu-lampu hemat energi. Kehidupan kini semakin terasa mudah dan praktis. Hal-hal tersebut tak lepas dari peran-peran dan jasa dari tokoh-tokoh penemu dunia dari dahulu hngga kini. Jika dahulu Edison melakukan uji coba ribuan kali untuk menemukan lampu, kini para ilmuan mempelaji Nuklir agar dapat digunakan sebagai sumber energi yang aman. Bayangkan saja bila dulu ak ditemukan lampu, rumah kita pasti masih gelap bila malam.
         Tapi tentunya kita jangan merasa termanjakan bahkan sangat tergantung pada banyaknya teknologi yang membantu kehidupan kita. Sehingga bila esok terjadi bencana atau apapun yang menyebabkan teknologi tersebut tak bisa digunakan lagi kita tidak perlu kebingungan. Saya membayangkan bila kota New York mati lampu selama 3 bulan saja apakah rakyatnya masih bisa hidup? mereka terbiasa menggunakan HP, Internet, oven untuk masak, AC bila panas, dan Pemanas ruangan bila musim dingin. Ketika itu semua tiba-tiba hilang pasti warga NY sudah hijrah ke negri lain.
       Untuk rakyat indonesia menurut saya belum sampai separah NewYork bila mati lampu (bila) kecuali masyarakat elite. Kita masih biasa bila ada giliran pemadaman dari PLN. Namun saran saya bagi kita agar tidak terlalu ketergantungan pada teknologi. Jangan sampai kita menjadi budak teknologi! Gunakan saja selayaknya dan sesuai dengan kebutuhan kita. Hati-hati nanti kalu ada pemadaman listrik kita jadi orang yang panik sendiri karena BB kita habis baterainya.....

Cuman saran sih, tapi ya jangan sampai kita GAGAP TEKNOLOGI dan gak  menerima teknologi baru sama sekali donk! Kan dah Gedhe ya, bisa mikir donk!!!!